Sabtu, 18 Februari 2012


Kisah yang sangat mengharukan
« pada: 21 November, 2009, 06:24:09 »

Rianti, hanya dapat bersimpuh dan merenung,menyesali segala apa yg telah terjadi. Terkadang timbul niatnya untuk mengakhiri hidupnya,tp dgn cara apa? di sel tempatnya dipenjara hanya ada satu dipan dgn kasur tipis,satu selimut dan satu bantal kepala yg juga sdh tipis dan sebuah mug dr bahan plastik u/persediaan air minum,hanya itu sekarang yg dapat ia sebutkan sebagai hartanya selama 15thn kedepan. Rianti kembali merenung dan semuanya melintas dipelupuk mata,seolah2 film tanpa durasi,sebab semuanya saling berkaitan satu sama lain.

Masih lekat dlm ingatannya,saat ia menerima Ijazah SMA dan mendapat izin dr kedua org tuanya u/melanjutkan sekolah di Jakarta. Jakarta...ya,Jakarta,tdk semua teman sekolahnya mampu melanjutkan sekolah,apalagi ke Ibukota. Di Desa Bonoloyo-Solo,org tua Rianti tergolong org yg berkecukupan. Hendro Subagyo,ayah Rianti adalah seorg pengusaha Batik yg memiliki omset puluhan juta perminggu, tentu saja Rianti serasa dimandikan dgn guyuran uang karena ia anak tunggal keluarga besar Raden.Hendro Subagyo dan istrinya Tatiek Mintarsih.

Seperti yg sudah direncanakan,semua harapan dan cita2nya berjalan mulus tanpa hambatan. Ia tercatat sebagai Mahasiswi pd salah satu Perguruan Tinggi Swasta yg berlokasi di daerah Kali Malang-Jakarta Timur. Semuanya lancar,begitu juga dgn hubungan cintanya dengan Dewa Kristian,atau yg akrab disapa Mas Dewo,Mahasiswa Fak.Komunikasi yg menjadi seniornya,dua tahun di atas dirinya. Rianti merasa, betapa bintang kebahagiaan berpihak padanya.

Semua dinikmatinya dgn senang hati dan harapannya-pun melambung tinggi untuk segera menjadi nyonya Dewa Kristian,tetapi tiba2 harapan itu kandas,saat ia tahu dirinya telah berbadan dua dan Dewo membujuknya u/membuang janin itu. Rianti tdk dpt berbuat apa2 selain pasrah. Ia tdk bisa menolak keinginan Dewo,ia tahu Dewo akan murka dan memutuskan hubungan mereka,Rianti tdk dpt membayangkan hal itu,ia sangat mencintai Dewo.

Semuanya berjalan dgn cepat. Dewo membawanya kesebuah tempat yg Rianti sendiri tdk tau dimana. Tiba disana seperti sdh ada kesepakatan,Rianti langsung di bawa masuk kesebuah bilik serba putih dan semua impiannya-pun tercerabut bersama hancurnya janin,anak hasil hubungan cintanya dgn Dewo.

Dewo tdk mendampinginya. Dewo bahkan menitipkan uang limaratus ribu rupiah kpd Suster sebagai ongkos Taxi u/Rianti pulang,sementara Dewo sendiri pergi tanpa pamit lagi ke Rianti. Sendiri Rianti berjuang melawan rasa sakit pd perutnya,sendiri pula ia tertatih menuju Taxi yg akan mengantarnya pulang kembali ke tempat kost-nya. Semua terasa hampa,hambar.... Rianti terguguh....!! semuanya sudah berakhir...yach! berakhir......!!

Seminggu setelah peristiwa di bilik putih itu,Rianti mengepak semua barangnya dan pamit pulang kampung,kepada Ibu kost-nya ia mengatakan u/sementara cuti Akademik krn akan bekerja di luar kota. Beruntung,Rianti tdk memiliki kawan kuliah yg akrab sehingga apa yg sudah di alaminya tdk memancing seseorg curiga. Rianti sdh putus asa,apapun yg terjadi...."aq harus pulang...." tekadnya,..."semua harus dihadapi,aq tdk akan sembunyi seperti org munafik....!!".

Dan dengan kereta api senja itu,Rianti membawa sejuta kekalutan hatinya.... "apa yg akan aq katakan pd bapak dan ibu..?.." apakah aq harus berterus terang...? "apakah......?... dan gongcangan lembut roda kereta,melambungkan Rianti....ia-pun terlelap.
Seperti mimpi,kini ia kembali hadir diruang tamu rumahnya yg besar dan lapang. Ibu dan bapak menyambutnya dgn penuh suka-cita,mereka tdk bertanya hanya sibuk menyuruhnya mandi,makan dan istirahat. Kini ia terbaring ditempat tidurnya yg empuk,pikirannya kalut...semuanya gelap.Bertumpuk2 penyesalan menyatu menjadi satu membuat dadanya sesak dan serasa akan pecah,"..Mas Dewo....bajingan kamu Mas.."rutuknya dalam hati dan kembali air matanya tumpah tak terbendung lagi.


Setelah 3hari berlalu,Rianti akhirnya memilih u/berbohong. Dikatakannya bahwa dirinya di DO (Drop Out) o/Fakultas tempatnya kuliah sebab ia tdk mampu menghadapi ujian2 semester,padahal sesungguhnya Rianti adalah Mahasiswi yg cukup cerdas,terbukti dari nilai semester yg selalu diperolehnya tdk pernah mengecewakan. Tapi Rianti harus berbohong agar ibu dan bapak percaya dan tidak mencurigai kepulangannya.


Sebagaimana yg diharapkannya, bapak dan ibu tdk bertanya lagi. Bapak bahkan merasa syukur karena anak semata wayangnya kembali meramaikan hari2nya. Ibu seperti biasa,tdk banyak komentar dan hanya bisa tersenyum,tp dari sinar matanya Rianti tau,ibu bahagia dirinya kembali ke rumah. Berangsur-angsur kehidupan Rianti mulai pulih. Ia mulai dapat menghapus bayangan Dewo. Ia-pun mulai berani berjalan-jalan keluar rumah,ke pabrik ayahnya atau sekedar mampir ke rumah kawan2 sekolahnya dulu. Rianti mulai memungut kembali sepihan-serpihan kebahagiaan yg dulu telah di porak-porandakan oleh Dewo..."aq harus bisa melupakan dia...harus bisa..." demikian suara hatinya selalu berseru apabila ia kembali teringat pada Dewo.


Dan...perjuangannya tidak sia-sia,ia mulai mampu menghapus bayangan Dewo,bahkan ia mulai membuka "hati" untuk org2 disekitarnya,termasuk kepada Tisna Djaya Mihardja,anak kolega bapaknya yg sering hadir di pabrik bapaknya. Mas Tisna,demikian akhirnya Damayanti memanggilnya,adalah anak Mihardja Subangun,kolega sekaligus org kepercayaan Hendro Subagyo,ayah Damayanti. Kehadiran Tisna yg rutin disetiap minggunya adalah u/mewakili ayahnya,Mihardja Subangun menghadiri rapat atau membicarakan hal2 yg berhubungan dgn Perusahaan Batik "CITRA LESTARI'' yg mereka kelola. Selain itu, Tisna adalah,kepala marketing yg bertugas mengawasi beberapa Show room batik mereka yg tersebar di beberapa kota. Kedekatan dan keakraban Damayanti dan Tisna,tidak luput dari mata Hendro Subagyo. Hal ini tentu saja membuatnya sumringah,bahwa apa yg selalu menjadi harapannya akan segera terwujud. Hendro Subagyo,memang sangat menginginkan Rianti menjatuhkan pilihannya pada Tisna , sebab bagi Hendro, Tisna seorg anak muda yg baik,berpendidikan,sopan dan bertanggung jawab.


Mudah ditebak....! tanpa menunggu wkt lama,Hendro-pun membicarakan hal tersebut dgn Tatiek,istrinya. Tanggapan Tatiek-pun positif. Akhirnya Hendro dan Tatiek,mengambil keputusan u/membicarakan hal ini kepada Mihardja Subangun dan Nila Lestari,istrinya. Gayung bersambut...!! Mihardja dan Nila,istrinya menerima kabar tersebut dgn suka-cita,bahkan Mihardja meminta pernikahan mereka segera dilaksanakan mengingat Mihardja telah memberikan tanggung jawab penuh kpd Tisna-putranya u/mengambil alih semua tanggung jawabnya. Memang,dua tahun belakangan ini Mihardja merasakan kesehatannya semakin memburuk.


Hendro dan Tatiek-pun mengatakan hasil pembicaraan mereka kepada Rianti. Bagai disambar petir,Rianti merasakan dirinya bergetar. Kekhawatirannya melebihi keinginannya untuk menerima lamaran Tisna. Rianti sadar,apa yg telah diperbuatnya di masa lalu pasti akan mencoreng martabat keluarga besar Raden.Hendro Subagyo. Rianti hanya bisa diam tertunduk,lesu...tp hal ini diartikan oleh kedua org tuanya sebagai tanda persetujuan bagi Rianti. Sementara dalam hati, Rianti bergejolak..... haruskah aku berterus terang..? . Rianti,bukanlah type wanita cengeng yg selalu ingin bersembunyi dr kesalahnnya. Ia-pun bertekad untuk mengatakan semuanya kepada Tisna,bagaimanapun juga...."Mas Tisna harus tau,agar hubungan kami kelak tidak diwarnai dgn ganjalan, saling mencurigai dan saling menuduh...!!" .
Dan,sore itu Rianti sengaja mampir ke pabrik bapaknya. Bukan untuk menemui Hendro,tetapi langsung menuju ke ruangan Tisna. Sedikit surprise..!! bagi Tisna,sebab sejak org tua mereka mulai membicarakan hubungan mereka,hampir tiga minggu yg lalu,Rianti tidak pernah lagi mampir ke pabrik.


Setelah berbasa-basi sejenak,Rianti-pun mengatakan bahwa kedatangannya adalah untuk meminta Tisna membatalkan lamarannya atas dirinya. Tentu saja hal ini membuat Tisna kaget,...."apakah kamu sudah punya yg lain..?" reflex,kalimat ini meluncur dr mulutnya,membuat Rianti menggeleng cepat dan tiba2 air matanya tak terbendung lagi,meluncur deras yg semakin membuat Tisna terpana,tak mampu berkata-kata lagi. Segelas teh manis yg disodorkan Tisna kepada Rianti,diteguknya sampai habis. Rasa hangat dirasakan menjalari sebagian dadanya,tp rasa sesak itu masih dirasakannya, dan tiba2 Rianti berkata setengah berbisik..."aku tidak bisa menjadi istri Mas Tisna,aku tidak se-sempurna yg Mas lihat selama ini.....dan mengalirlah semua ceritra dr masa lalunya....." Tisna mendengarkannya dgn penuh takzim,tdk berkomentar apapun sampai Rianti berhenti berbicara,menyusut air matanya yg semakin deras dan akhirnya menghela nafas....lega ! segala beban yg selama ini tersimpan rapat,jauh disudut hatinya yg gelap,telah dilepaskannya kepada org lain. Sepersekian detik,kesunyian melingkupi mereka berdua. Dalam ruangan ini yg terdengar hanya suara air condioner yg menderu2,tp tidak mampu lagi mendinginkan tubuh Rianti.


Keringat mengalir deras dari dahi dan pelipisnya,bersatu dengan air matanya. Baginya,ini adalah satu hal yg sangat berat,tp tetap harus dijalaninya sbg konsekwensi,kelak bila Tisna tetap menginginkan Rianti sbg istrinya.


Sesaat kemudian,Tisna mendekat ke kursi tempat Rianti duduk. Tisna melingkarkan tangannya dan memeluk Rianti. Dalam dekapan Tisna,Rianti kemudian mendengar pengakuan Tisna,bahwa dirinya-pun bukanlah lelaki yg sempurna. Delapan tahun dirinya menimba ilmu di Negeri Jiran-Malaysia,ia-pun memiliki masa lalu yg suram. Bahkan dirinya sempat menikah dan hidup berumah tangga dengan Jacklyn,seorg Sarjana Antropology yg usianya lebih tua 8 thn darinya. Hal ini tentu saja tanpa sepengetahuan org tuanya. Setelah memperoleh Ijazah Sarjana-nya,Tisna kembali ke Indonesia dan Jacklyn kembali ke Negara asalnya,di benua Australia. Rianti terpana....! dirinya sama sekali tidak menyangka,apa yg baru saja ia dengarkan dari mulut Tisna membuatnya takjub. Rianti tdk menduga,Tisna yg dikenalnya selama ini,ternyata juga memilki sisi kehidupan yg gelap. Ach....! Rianti semakin lega,mana kala Tisna mengatakan ....."semuanya sudah berlalu dan jgn diungkit lagi,yg harus kita jalani sekarang adalah apa yg terpampang dihadapan kita...!", dan Rianti-pun tersenyum...senyum yg sangat manis.

Pesta perkimpoian Rianti dan Tisna-pun digelar. Semua tokoh2 penting diundang,mulai dari Desa Bonoloyo-Solo,tempat tinggal mereka,sampai ke Surabaya,Yogya,Jakarta dan Bandung. Hampir semua relasi-kolega Hendro Subagyo dan Mihardja Subangun,hadir memberikan ucapan selamat. Mobil2 mewah berdatangan silih berganti. Hadiah2-pun mengalir,tak terhitung jumlah amplop yg meluncur masuk ke dalam gentong kecil berwarna kuning emas,yg diletakkan disamping pelaminan. Semua wajah terlihat bahagia,apalagi sepasang pengantin baru yg duduk di pelaminan,terus menampilkan senyum.

Rianti merasa sangat bahagia. Ketakutannya ditolak oleh pria tdk terbukti,sementara Tisna merasa melambung, bangga...mampu mempersunting wanita yg begitu cantik,anggun dan kaya. Tisna tdk peduli kepada masa lalu Rianti,..."toh...aku juga bukan bujangan lagi...." bisiknya dalam hati.
Semuanya bergulir dengan cepat. Tak terasa perkimpoian Rianti-Tisna telah berlangsung selama dua tahun. Walau belum dikarunia-i momongan,mereka tidak tampak cemas. Bahkan nampaknya Rianti menikmati hidupnya sebagai ny.Tisna Djaya Mihardja. Rianti sering mendampingi Tisna menengok show room batik di luar kota dan memanfaatkan waktu luang untuk melihat model2 baju yg sedang Trend,untuk kemudian meng-aplikasikannya dgn bahan batik.

Rianti begitu bersemangat,sampai2 dirinya benar2 telah melupakan kepahitan hidup yg pernah dijalaninya.Sampai kemudian suatu peristiwa,kembali membuka luka lama dihati Rianti.
Sore itu,seperti biasa Rianti menemani Tisna-suaminya menengok show room di Bandung. Balik dari Bandung,melalui jalan darat,mereka mampir ke Jakarta. Rencananya setelah menengok show room di Jakarta,mereka akan melanjutkan perjalanan pulang dengan pesawat terbang ke Solo. Dan disaat bergegas ke arah loket pemberangkatan itulah,Rianti mendengar Tisna disapa dengan sopan oleh seseorg,Rianti kenal suara itu,yach...suara dari masa lalunya... Rianti memang berjalan dua langkah lebih dahulu dari pada Tisna,sebab Tisna sedang menjawab tlp dari kantor pusat di Solo.

Rianti-pun menengok,dan sekujur tubuhnya serasa disengat aliran listrik. Betapa tidak..! Lelaki yg pernah menghancurkan hidupnya,kini berdiri tidak jauh dari tempatnya berdiri. Menyapa dan bahkan menyalami suaminya dengan sangat sopan. Rianti masih tidak mengerti,untung saja nalurinya cepat menyadarkannya sehingga dgn cepat ia berpaling dan setengah berlari menuju loket. Tak lama berselang,Tisna menyusulnya. Sempat Tisna bertanya tentang perubahan wajah Rianti yg nampaknya agak pucat dan berkeringat,tp Rianti berkilah ...." aku kecapean kali,Mas....!" ,Tisna percaya saja. Di pesawat,Rianti merasa resah....ia memutar otak,bagaimana memulai pembicaraan tentang Mas Dewo, ia khawatir,Tisna bisa membaca air mukanya yg tentu saja akan berubah.

Tisna mengambil sebuah Majalah yg terselip di kantong belakang kursi penumpang di depannya dan mulai membaca,hal ini menjadi moment tepat bagi Rianti. Sebagai istrinya,Rianti sudah hafal,bila Tisna sedang membaca,ia tdk akan mengalihkan pandangannya sedetikpun dari bacaan itu,meskipun sedang menjawab Rianti sedang berbicara dengannya. "...eng..g...Mas,tadi aku melihat Mas berbicara dengan seseorg,siapa dia Mas...?" Rianti, mulai memberanikan diri. "...oh,dia anak marketing di Bandung,tadi dia baru balik dari Solo mengecek barang yg akan di kirim ke Bandung...". Buk !!!...dada Rianti serasa ditimpa palu godam raksasa. "....Ia anak yg baik.Ia sudah berkeluarga dan memiliki satu org anak,ia sangat rajin dan sopan. Saya tertarik untuk mempromosikan dia menggantikan Bu Silvia yg mulai pikun dalam mengelola show room batik di Bandung..." Tisna menambahkan.

Tapi Rianti sudah tidak mendengarnya lagi. Ia sibuk menahan debaran jantungnya yg semakin kencang berdetak. Ia khawatir,Tisna mendengar detak jantungnya,ia juga khawatir Tisna melihat peluh dingin dendamnya,mengalir begitu deras membasahi tengkuk,telapak tangan dan sekujur tubuhnya, Rianti menggigil dan pura2 tidur. Tisna hanya diam dan tetap membaca.
Sejak perjalanan itu,Rianti diterpa kegelisahan. Dendamnya semakin hari semakin memuncak. "...ternyata bangsat itu berada begitu dekat...!" rutuknya dalam hati,tapi apa yg dapat dilakukannya ? Rianti terus bertanya dalam hati. Rasanya dunia ini begitu sempit dan semuanya serasa begitu dekat. Dan Rianti tidak mempertimbangkan lagi,saat Tisna mengatakan akan ada rapat di Kantor pusat dan semua Marketing dari semua show room akan hadir. "Yach...ini kesempatanku..." bisiknya, "....aku akan membalaskan apa yg telah diperbuatnya kepadaku,dulu...." .

Seperti biasa,setelah rapat,malamnya acara dilanjutkan dgn makan malam di rumah Direktur Utama. Rapat yg berlangsung setiap tiga tahun ini, biasanya dipimpin o/ayah Rianti dan Rianti tdk pernah terlibat,tp kali ini ia harus terlibat, karena Pimpinan Perusahaan telah diambil alih oleh Tisna-suaminya dan Rianti harus mendampinginya sbg nyonya rumah.


Dan...Rianti melihatnya. Melihat Mas Dewo datang. Dia memakai setelan Jas warna biru gelap,masih tampan seperti dulu. Dewo menyalaminya dan sedikit melotot,disaat dia tau,tangan mulus nyonya rumah yg ada dlm genggamannya itu,adalah tangan Rianti kekasihnya,dulu. Tetapi Rianti tdk bereaksi,hanya mengangguk dan sedikit tersenyum. Makan malam-pun berjalan sewajarnya. Obrolan ringan terdengar saling sambung menyambung. Rianti gelisah...! nampaknya resah,menunggu sesuatu yg sangat di harapkannya. Makan malam-pun usai dan para tamu undangan berpindah ke taman samping sambil masing2 memegang minuman dan kue2 kecil sbg hidangan penutup. Saat yg dinantikan Rianti-pun tiba. Ia menuju tempat dimana Dewo berdiri,menyapanya dan menyodorkan segelas cooktail. Dewo menyambutnya dan terpaku tanpa berkata apa2,tapi Rianti berbisik..." minumlah...demi masa lalu kita...!" dan seperti di hipnotis, Dewo meneguk habis cooktail itu. Rianti berlalu dengan senyum misterius di sudut bibirnya. Hampir duapuluh menit kemudian,acara makan malam itu terpaksa berakhir. Dewo ditemukan pingsan dengan mulut berbusa dan mata melotot menahan nyeri di dadanya. Tim medis-pun dihubungi dan akhirnya,Dewa Kristian dinyatakan telah meninggal dunia.


Polisi-pun dihubungi dan semua tamu undangan di interogasi,tdk terkecuali tuan rumah sampai ke pelayan2 dan tukang kebun. Setelah melalui serangkaian pertanyaan yg menjebak,akhirnya Rianti mengakui,bahwa dirinya-lah yg telah menaruh racun pada minuman cooktai yg teralhir diminum o/almarhum. Semuanya berjalan bergitu singkat. Kini Rianti telah mendekam di penjara,demi mempertanggung jawabkan perbuatannya,tapi menurutnya ia lega dan puas.....karena telah mengirimkan Mas Dewo ke neraka. Orang yg pernah begitu sangat ia cintai,tetapi justru telah mengajarkan kepadanya arti sebuah dendam. Dendam karena cinta yg tersia-siakan.
Kutip

Tidak ada komentar:

Posting Komentar